Minggu, 21 Oktober 2018

ANALISIS SISTEM INFORMASI & TEKNOLOGI INFORMASI PADA TOYOTA ASTRA MOTOR MENGGUNAKAN METODE SDLC

PT.Toyota Astra Motor
PT.Toyota Astra Motor atau biasa disingkat dengan TAM merupakan Agen Tunggal Pemegang Merk (ATPM) Mobil Toyota di Indonesia. TAM merupakan perusahaan joint venture antara PT. Astra International Tbk dengan persentase saham 51% dan Toyota Motor Corporation, Jepang dengan persentase saham 49 %.
Toyota Astra Motor (PT.TAM) didirikan di Jakarta pada tahun 1971 oleh James Suliman PT.Gaya Motor, William Surjadjaja PT.Astra International Inc dan Koyama Zenichi Toyota Motor Co & Penjualan Toyota Motor Jepang, dengan modal resmi Rp. 806.7 juta dan modal disetor sebesar Rp. 80.7 juta.
Para akta notaris perusahaan telah dirubah beberapa kali untuk mengakomodasi perubahan dalam komposisi pemegang saham Indonesia. Mengkonsolidasikan bisnisnya, pada tahun 1989 PT. TAM melakukan merger dengan tiga perusahaan afiliasi: PT.Toyota Mobilindo, PT. Multi Astra dan PT. Toyota Engine Indonesia.
PT.Toyota Astra Motor diresmikan pada tanggal 12 April 1971. Peranan TAM semula hanya sebagai importir kendaraan Toyota, namun setahun kemudian sudah berfungsi sebagai distributor. Pada tanggal 31 Desember 1989, TAM melakukan merger bersama tiga perusahaan antara lain :
  • PT.Multi Astra (pabrik perakitan, didirikan tahun 1973)
  • PT.Toyota Mobilindo (pabrik komponen bodi, didirikan tahun 1976)
  • PT.Toyota Engine Indonesia (pabrik mesin, didirikan tahun 1982)
Pengembangan Sistem
Dilakukan dengan menggunakan metodologi (suatu proses standar yang diikuti oleh organisasi untuk melaksanakan seluruh langkah yang diperlukan untuk menganalisa, merancang, mengimplementasikan, dan memelihara sistem informasi) Metodologi klasik yang digunakan dikenal dengan istilah SDLC (System Development Life Cycle)
SDLC
SDLC (System Development Lyfe Cycle) itu adalah tahapan-tahapan suatu pekerjaan yang dilakukan oleh analis sistem dan programmer dalam membangun sistem informasi dibawah pengawasan.SDLC adalah keseluruhan dari proses dalam membangun suatu sistem melalui beberapa langkah. Ada beberapa model SDLC, beberapa model dari SDLC misalnya:
  1. WaterFall
  2. Spiral
  3. Rapid
  4. Prototyping
  5. Incremental
  6. Build & fix
  7. Synchronize & stabilize
  8. Fountain
Model yang cukup populer dan banyak digunakan adalah waterfall. Langkah langkah yang digunakan pada SDLC ini meliputi :
  1. Melakukan survei dan menilai kelayakan proyek pengembangan sistem informasi
  2. Mempelajari dan menganalisis sistem informasi yang sedang berjalan
  3. Menentukan permintaan pemakai sistem informasi
  4. Memilih solusi atau pemecahan masalah yang paling baik
  5. Menentukan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software)
  6. Merancang sistem informasi baru
  7. Membangun sistem informasi baru
  8. Mengkomunikasikan dan mengimplementasikan sistem informasi baru
  9. Memelihara dan melakukan perbaikan/peningkatan sistem informasi baru bila diperlukan
Dengan siklus SDLC, proses membangun sistem dibagi menjadi beberapa langkah dan pada sistem yang besar, masing-masing langkah dikerjakan oleh tim yang berbeda.
Dalam sebuah siklus SDLC, terdapat enam langkah. Jumlah langkah SDLC pada referensi lain mungkin berbeda, namun secara umum adalah sama. Langkah tersebut adalah:
  1. Analisis sistem, yaitu membuat analisis aliran kerja manajemen yang sedang berjalan
  2. Spesifikasi kebutuhan sistem, yaitu melakukan perincian mengenai apa saja yang dibutuhkan dalam pengembangan sistem dan membuat perencanaan yang berkaitan dengan proyek sistem
  3. Perancangan sistem, yaitu membuat desain aliran kerja manajemen dan desain pemrograman yang diperlukan untuk pengembangan sistem informasi
  4. Pengembangan sistem, yaitu tahap pengembangan sistem informasi dengan menulis program yang diperlukan
  5. Pengujian sistem, yaitu melakukan pengujian terhadap sistem yang telah dibuat
  6. Implementasi dan pemeliharaan sistem, yaitu menerapkan dan memelihara sistem yang telah dibuat.
Siklus SDLC dijalankan secara berurutan, mulai dari langkah pertama hingga langkah keenam. Setiap langkah yang telah selesai harus dikaji ulang, kadang-kadang bersama expert user, terutama dalam langkah spesifikasi kebutuhan dan perancangan sistem untuk memastikan bahwa langkah telah dikerjakan dengan benar dan sesuai harapan. Jika tidak maka langkah tersebut perlu diulangi lagi atau kembali ke langkah sebelumnya.
Kaji ulang yang dimaksud adalah pengujian yang sifatnya quality control, sedangkan pengujian di langkah kelima bersifat quality assurance. Quality control dilakukan oleh personal internal tim untuk membangun kualitas, sedangkan quality assurance dilakukan oleh orang di luar tim untuk menguji kualitas sistem. Semua langkah dalam siklus harus terdokumentasi. Dokumentasi yang baik akan mempermudah pemeliharaan dan peningkatan fungsi sistem.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar